Posting atau Menikmati Moment?

Oleh: Jeslin Jisen
Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Sadarkah kita, seringkali saat kita mengunjungi suatu tempat, kita lebih sering fokus untuk mengedit dan meng-upload postingan di media sosial tanpa menikmati momen-momen yang indah itu terlebih dulu?

Pertanyaan menarik untuk kita renungkan adalah apakah benar realita hidup yang sedang kita jalani terasa bahagia dan nikmat, atau kita hanya sekadar membutuhkan validasi dari orang-orang yang kita kenali di dunia maya saja?

Di era sekarang ini, media sosial menjadi tempat orang menunjukan gaya dan berbagi momen. Sebenarnya tidak ada salahnya orang membagikan momen-momen indah mereka ke media sosial karena momen tersebut tidak dapat terjadi lagi dikemudian hari. Oleh sebagian orang, media sosial dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan memori-memori indah agar suatu hari dapat dikenang kembali. Namun, seringkali sebagian orang merasa apabila tidak meng-upload postingan tersebut sama dengan kejadian tersebut tidak pernah terjadi, perspektif tersebut sudah terdoktrin kepada sebagian besar anak muda, tidak terkecuali saya.

Saya pribadi pernah mengalami hal tersebut. Banyak peristiwa yang saya lupakan dari tempat yang saya kunjungi. Tentu hal ini terjadi karena saya terlalu mementingkan ego bahwa semua orang di media sosial harus tahu bahwa saya sudah pernah mengunjungi tempat itu. Saya lupa akan esensi mengapa saya mengunjungi tempat itu. Padahal tujuan saya untuk menikmati momen-momen akan hal yang nyata terjadi dan ada di hadapan saya.

Hal ini juga membuat kita melupakan orang-orang yang ada disekitar kita. Kita kurang berinteraksi dengan orang lain yang ada di depan kita. Kita lebih mementingkan gawai daripada manusia dan akhirnya kita tidak bisa menikmati kebersamaan. Kita selalu merasa tertekan apabila kita belum meng-upload sesuatu di laman media sosial kita. Hal ini terjadi karena kita terlalu FOMO.

Hal ini pernah saya alami ketika saya pergi ke pantai bersama beberapa teman saya. Saya terlalu fokus untuk foto-foto dan mem-postingnya di media sosial, sehingga saya tidak sempat merasakan momen kebersamaan dan kehangatan bersama teman-teman saya.

Media sosial seharusnya menjadi alat untuk menyalurkan kebahagian yang dirasakan di dunia nyata, tetapi bukan menjadi tujuan utama. Tidak ada salahnya kita membagikan momen-momen tersebut di media sosial kita asalkan seimbang antara dunia nyata dan dunia maya. Jangam sampai di dunia maya kita terlihat sangat bahagia dan antusias, tetapi tidak dengan dunia nyata.

Hal yang perlu diingat adalah kehidupan di dunia nyata kita tidak selamanya harus dibagikan ke media sosial, tetapi bisa kita nikmati di dunia nyata. Orang lain tidak perlu tahu pencapaian kita, cukup kita nikmati sendiri buah dari segala proses yang telah kita lalui itu. Jangan jadikan validasi orang lain sebagai pokok utama dalam hidup karena itu bukanlah hal yang penting. Validasi dari orang lain hanya akan membuat kita kurang percaya diri untuk melakukan sesuatu karena kita hanya ingin melakukan sesuatu jika kita mendapat pujian dari orang lain terlebih dulu.

Mari sesekali kita benahi diri kita. Kita ingatkan diri kita sendiri untuk menikmati apa yang ada dan jangan bergantung pada pujian dari orang lain.

Facebook Comments